Handphone Anda berdering, dan Anda harus segera menemukannya dalam tas besar Anda yang berisi bermacam-macam barang?. Sedangkan di ujung sana, dering telah berhenti sebelum Anda dapat menemukan handphone Anda?. Tenang, ini tak akan jadi masalah lagi. Karena sekarang ada bag organizer yang menjadikan tas Anda rapi dan terorganisir. Jadi, Anda tak perlu repot lagi mencari barang didalam tas Anda.
* Wahyuning Kurniawati *
Apa seh bag organizer itu?. Bag organizer merupakan tas yang diletakkan di dalam tas yang fungsinya menjaga kerapihan isi tas. Anda dapat meletakkan kunci, dompet, handphone, memo, pulpen, alat kosmetik, sisir, sapu tangan dan lain-lain sesuai kebutuhan Anda pada saku-saku bag organizer. Isi tas Anda akan terlihat teratur, bersih dan cantik. Terbuat dari bahan yang kuat dan dijahit dengan rapi, serta dapat dicuci membuat bag organizer saat ini semakin “naik daun” saja.
Adalah tiga orang wanita, Fany Tanjung, Greta Anastasia, dan Donna Lesmana yang “haus” akan kreasi yang unik dan “gw banget” ini, akhirnya mendirikan Auntie Betsie yang saat ini memproduksi bag organizer nan cantik, tas kosmetik dan cermin dengan ciri khasnya yang bervariatif dan girlish banget.
Sebenarnya awal mula cerita sampai akhirnya Fany, Greta dan Donna menciptakan Auntie Betsie ini adalah berdasarkan pengalaman pribadi mereka. Yang terkadang suka mengalami kesulitan saat mencari-cari barang yang dibutuhkan seperti kunci dan handphone misalnya didalam tas besar mereka.
Membuang waktu percuma hanya untuk mencari sebuah kunci, membuat mereka bertiga berpikir bagaimana kalau ada tas yang memiliki saku-saku dimana dapat menaruh barang yang berbeda disetiap sakunya. Lantas dari ide tersebut muncullah kreasi sebuah tas yang multiguna menjelma menjadi sebuah bag organizer yang tak hanya fungsional namun juga fashionable.
Auntie Betsie, nama itulah yang disematkan pada produk bag organizer karya mereka.“Auntie Betsie ini seperti tante di setiap keluarga, kadang tante itu harus rapi. Ide pertamanya tentang organizing barang-barang, auntie ini kita gunakan sebagai karakter membantu orang-orang untuk membuat hidup lebih mudah dan rapi,” ungkap Greta
Auntie Betsie yang berdiri pada Juni 2009 ini beda daripada bag organizer yang kini banyak dijual dipasar online. Selain produk handmade, bag organizer Auntie Betsie tidak pasaran dan tidak dijual grosiran. “Kalau barang sudah habis, kita tidak bikin lagi, kecuali yang corak polos kita punya signature colour-nya,” ujar Donna.
“Tas wanita umumnya berukuran besar dan isinya macam-macam. Dan rata-rata wanita punya lebih dari tiga tas. Nah pasti mereka mau ganti warna atau model. Jadi ini (bag organizer,-red) memudahkan sekali. Tinggal diangkat lalu ditaruh ditas yang baru. Biasanya kita kalau mau ganti tas, kita harus memindahkan isi-isinya dulu dan itu kemungkinan ketinggalan barangnya sangat besar,” ujar Donna sedikit berpromosi.
Bag organizer produksi Auntie Betsie terdiri dari dua ukuran yaitu ukuran besar (30cm x 22cm x 12cm) dan ukuran kecil (23cm x 16cm x 9cm) yang telah disesuaikan dengan ukuran tas wanita pada umumnya. Untuk bahan Auntie Betsie memilih bahan yang ringan sehingga keluar masuk tas juga mudah dan tak boleh luntur saat dicuci. Dan biasanya menggunakan bahan katun yang didapatkan di pasar lokal seperti pasar Tanah Abang, Pasar Baru atau Mayestik. Namun, terkadang Auntie Betsie mengeluarkan produk limited edition dengan bahan yang sedikit ekslusif dan berbeda dari biasanya.
Untuk harga jual, tas kosmetik dibanderol Rp 35ribu-55ribu, bag organizer ukuran besar Rp100ribu-150ribu, sedangkan bag organizer ukuran kecil Rp 75ribu-85ribu. Harga tersebut harga per satuan produk dan harga tergantung bahan yang digunakan. Dan menariknya, Auntie Betsie tidak membebankan ongkos kirim kepada konsumen yang berada di wilayah Jabodetabek.
“Ongkos kirim gratis untuk wilayah Jabodetabek, namun untuk diluar wilayah itu ongkos kirim ditanggung konsumen. Selain itu, kami akan memberikan diskon sebanyak 15% jika konsumen membeli minimal 15 buah produk Auntie Betsie,” ungkap Greta yang setelah menikah bekerja sebagai freelance graphic designer.
Dalam memasarkan produknya, tiga wanita yang telah berteman semenjak bangku Sekolah Dasar ini memilih menggunakan sarana online, bazaar/ pameran serta promosi dari mulut ke mulut. Dari sana saja, produk Auntie Betsie banyak yang habis terjual dan telah memiliki pelanggan yang selalu membeli produk-produk terbaru keluaran Auntie Betsie.
Setelah enam bulan berjalan, kini Auntie Betsie mampu menjual rata-rata 200 buah produk per bulannya dengan omzet lebih dari Rp 15juta per bulannya. Permintaan diakui Greta terus meningkat dari bulan ke bulan. Hal ini membuat mereka semakin terpancing untuk terus menghasilkan karya baru yang lebih inovatif dan tentunya fungsional. Kedepan, Auntie Betsie berencana menghadirkan produk baru yaitu berupa tas laptop dan storage box.
Awalnya Auntie Betsie hanya memproduksi lima motif yaitu black forest, serabi, lolipop, cupcake dan brownie. Dan itupun hanya terdiri dari tiga ukuran besar dan dua ukuran kecil. Namun kini Auntie Betsie telah memproduksi puluhan motif baru yang cantik-cantik dan tentunya “cewek banget”. Dengan modal Rp 10juta, awalnya mereka memproduksi sebanyak 300 buah produk.
Dari banyak motif yang dipasarkan oleh Auntie Betsie, Black Forest merupakan best seller dan Black Forest yang berwarna hitam tetap menarik konsumen, maka tak heran motif ini selalu ada sejak awal berdiri Auntie Betsie sampai saat ini. Black Forest termasuk pada Seri Forest yang terdiri dari Blackforest, Redforest, Greenforest dan Pinkforest.
Donna yang merupakan lulusan University Of Wisconsin-Madison, USA jurusan Jurnalistik ini menambahkan nama-nama produk Auntie Betsie yang terbilang unik ini diambil dari nama makanan misalnya licorice, veryberry, cotton candy, tutti frutti dan lain-lain. “Karena kan auntie (bibi,-red) suka memasak, suka melayani. Jadi nama-namanya makanan saja, kan wanita suka makan juga,” ujar Donna yang bekerja sebagai konsultan ini.
Dalam menciptakan design produk Auntie Betsie, Greta yang merupakan lulusan California State University, Fulleeton jurusan Graphic Design ini banyak berperan sebagai designer produk. “Untuk modelnya dan kombinasi warna kami ciptakan sendiri. Kita juga banyak improvement, misalnya dari konsumen ada yang bilang resletingnya kurang panjang atau bagaimana. Jadi kita benar- benar belajar dari permintaan konsumen untuk pengembangan produknya,” ujar wanita kelahiran Bandung, 28 Juli 1984 ini.
Sedangkan dalam hal memasarkan produk, Fany yang memiliki gelar S2, Master of Marketing dari Monash University, Melbourne, Australia ini menyempurnakan jalannya usaha Auntie Betsie yang dijalani ketiga sahabat ini. Dengan hanya modal awal Rp 10juta, Auntie Betsie kini terus berkembang menjadi sebuah usaha yang menjanjikan.
Auntie Betsie, Ada Tas di Dalam Tas
Label:
Info Usaha
- Rabu, 03 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar