Jangan Abaikan Alergi

Jika Anda mengalami gatal-gatal, bersin-bersin, sesak napas dan lain-lain bisa jadi Anda mengalami alergi. Jenis alergi banyak macamnya. Namun, jangan sampai Alergi mengganggu aktifitas dan menurunkan kualitas hidup Anda. Pengobatan yang tepat dapat mencegah perkembangan alergi.

Alergi merupakan suatu reaksi menyimpang dari tubuh yang berkaitan dengan peningkatan kadar imunoglobulin E yang merupakan suatu mekanisme sistem imun. Alergi dapat timbul pada semua umur, mulai bayi hingga usia lanjut. Alergi adalah penyakit atau kelainan yang tidak menular tetapi kecenderungan seseorang mengalami alergi akan dipengaruhi dua faktor yaitu genetika (keturunan) dan lingkungan sebagai faktor eksternal tubuh.

Alergi yang terkait dengan pernafasan merupakan alergi yang paling umum dijumpai, seperti asma dan rinitis (bersin dan pilek berulang terutama di pagi hari). Jenis alergi lain yang terkait dengan kulit, seperti urtikaria (biduran/ didu, kaligata), dermatitis atopik (eksim). Selain itu, mata bengkak dan berair, telinga bagian dalam terasa gatal-gatal juga termasuk gejala alergi.

Dr. Iris Rengganis, SpPD, KAI, seorang ahli dari Divisi Alergi dan Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSCM Jakarta mengatakan walaupun alergi merupakan penyakit yang umum dijumpai di tengah-tengah masyarakat, namun sampai saat ini kesadaran terhadap penyakit ini masih rendah. Padahal untuk mengatasi alergi diperlukan penanganan yang tepat sehingga alergi tidak menjadi penyakit yang akan menyebabkan timbulnya penyakit lain yang lebih berbahaya.

Dr Iris menambahkan bahwa alergi jangan dianggap sepele karena berpotensi memicu penyakit lain dari mulai yang kronis semisal asma, hingga yang bersifat fatal dan mematikan seperti anafilaksis syok atau Steven Johnson Syndrome yang timbul akibat alergi pada obat.

Jenis - Jenis Alergi

Jenis penyakit alergi banyak macamnya, salah satunya adalah rinitis (bersin dan pilek berulang terutama pada pagi hari). Penderita alergi rinitis atau istilah lainnya pilek alergi biasanya mengalami bersin-bersin, hidung terasa gatal, hidung berair atau tersumbat dan susah bernafas.

Tidak jarang gejala rinitis alergi disertai gejala konjungtivitas, seperti keluarnya air mata, gatal dan kemerahan. Gejala gangguan pendengaran kadang juga dijumpai seperti rasa tersumbat dan kurang dapat mendengar. Penyakit rinitis alergi seringkali mengganggu aktivitas dan kualitas hidup. Bila penyakit ini dibiarkan, kemungkinan akan berkembang menjadi penyakit kronis seperti sinusitis.

Jenis penyakit lainnya adalah terkait dengan kulit, seperti urtikaria (gidu-biduran / kaligata) yang merupakan kelainan kulit yang ditandai oleh bentol, kemerahan, dan gatal. Meskipun gejalanya merupakan manifestasi penyakit alergi, tetapi penyebabnya seringkali bukan karena alergen. Bila penyebabnya telah diketahui, misalnya dari makanan (seperti susu, telur, ikan laut, kacang-kacangan) maka berarti Anda harus menghindari mengkonsumsi makanan tersebut.

Diperkirakan selama hidupnya sejumlah 15-25% masyarakat pernah mengalami urtikaria.Urtikaria ada yang bersifat akut dan ada yang bersifat kronis. Dikatakan urtikaria akut bila gejala bentol berlangsung sepanjang hari.
Penyebab urtikaria akut umumnya jelas, seperti makanan, obat, infeksi virus atau mikroba lain, sengatan serangga, lateks, dan lain-lain. Pada urtikaria kronis, sebagian besar penyebabnya tidak diketahui sehingga dipergunakan istilah urtikaria kronik idiopatik. Sebagian kecil penyebab yang diketahui antara lain penyakit autoimun, urtikaria fisis (udara dingin, akuatik, solar, tekanan, vibratori), infeksi kronik (infeksi gigi dan sinusitis).

Pencegahan dan Pengobatan


Dr. Iris menyarankan dalam pengelolaan penyakit alergi, penderita dapat melakukan berbagai upaya mulai dari menghidari pemicu alergi (alergen), mencari dan mendapatkan informasi tentang alergi lewat kegiatan edukasi dan penyuluhan, mendapat pengobatan yang tepat atau bahkan terapi kekebalan (immunoterapi).

Untuk kecenderungan alergi yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang harus Anda lakukan adalah mengontrol lingkungan sehingga ”tidak membahayakan” misalnya menghindari tungau debu rumah seperti karpet, kapuk, bahan beludru pada sofa atau gordyn, ventilasi yang baik di rumah/ kamar, jauh dari orang yang sedang merokok, menghindari makanan yang diketahui sering menyebabkan alergi, seperti susu, telur, makanan laut, cokelat, dan lain-lain serta menghindari kecoak dan serpihan kulit binatang peliharaan

Pengobatan alergi dapat dilakukan dengan farmakoterapi yang memperhitungkan keamanan, efektifitas dan kemudahan dalam pemberiannya; imunoterapi serta edukasi pasien. Salah satu farmakoterapi yang dianjurkan dalam pengobatan alergi adalah dengan obat anti histamin dari generasi terbaru seperti cetirizin dihidroklorida.
Dr. Flora Amos, medical dari PT Bayer Indonesia mengatakan, berbeda dengan antihistamin klasik/ generasi pertama (misalnya chlorpheniramine, cyproheptadine, dexclorpheniramine, dan lain-lain), antihistamin generasi kedua/ terbaru umumnya memiliki efek sedatif yang rendah (efek mengantuk rendah), efektif dan sebagian bersifat anti - inflamasi ringan.

Saat ini, obat antihistamin yang diproduksi oleh PT Bayer Indonesia dengan kandungan cetirizine dihidroklorida telah masuk ke dalam kategori Obat Wajib Apotek dari Badan POM sehingga dapat dibeli di apotek melalui resep dokter. Ketersediaannya saat ini terdiri dari kapsul yang mengandung cetirizine dihidroklorida 10 mg. Obat ini juga tersedia dalam bentuk sirup kemasan botol 60 ml, setiap 5 ml sirup mengandung cetirizine dihidroklorida 5 mg. Nia

0 komentar:



Posting Komentar