Mengukir Kaligrafi di Atas Batu Gading

Siapa sangka batu cadas yang biasanya didiamkan saja atau hanya dijual dalam bentuk mentah dapat berubah menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Batu cadas yang melimpah diwilayah kabupaten Bogor, membuat Udin Saputra terbesit untuk mengolah sumber daya alam yang ada menjadi suatu kerajinan yang bernilai jual tinggi.

Batu gading, mungkin masih asing terdengar ditelinga Anda. Namun, jika batu cadas pasti Anda tahu. Sebenarnya sama saja, hanya saja disebut kerajinan batu gading dikarenakan warnanya yang kekuningan dan berserat seperti warna gading, membuat batu cadas terlihat eksotis dan unik.

Udin yang telah terbiasa mengukir batu sejak kecil ini memiliki bakat alam dalam seni, alhasil, setelah menyelesaikan kuliahnya di IKIP Yogyakarta, ia kembali ke kampung halamannya yaitu kampung Nunggul, Bogor, dengan segudang pemikiran untuk dapat mengembangkan potensi alam yang ada disana.

Lewat design dan hasil karyanya yang unik, ia dirangkul Aneka Tambang (Antam) untuk bergabung menjadi bina mitraan Antam. Dari sanalah Udin’s Gallery yang ia dirikan mulai berkembang dalam hal produk dan ditahun 2006 sudah mulai aktif mengikuti pameran-pameran.

Banyak ragam bentuk kerajinan batu gading yang Udin’s Gallery buat, bentuknya bervariasi, mulai dari patung hewan, vas bunga, ukiran berbentuk gading gajah, kerajinan yang berbentuk bulat telur berukir kaligrafi islam dan banyak lainnya. Dan yang menjadi favorit konsumen adalah telur kaligrafi.

Salah satu alasannya mungkin karena telur tidak mudah patah, lain halnya dengan bentuk gading yang mudah sekali patah. Dan uniknya dari kerajinan batu gading ini, meskipun tulisan ayatnya sama, tiap batu memiliki karakter dan corak yang berbeda. Dan keunggulan kerajinan batu gading Udin adalah menonjolkan kesan batunya. “Saya tidak membatasi bentuk yang akan dibentuk, tapi saya ingin unsur batunya tetap menonjol,” ujar pria kelahiran Bogor, 5 Mei 1977 ini.

Beberapa bulan belakangan ini, Udin’s Gallery tengah sibuk membuat pesanan 3000 pieces telur kaligrafi yang akan diekspor ke Kanada, Jeddah dan Mekah. Selain itu banyak pula pesanan yang berasal dari Jakarta, Surabaya, sampai Cina. Namun, belum semua pesanan dapat ia penuhi, hal ini terkendala sumber daya manusia yang terbatas. Harga jual kerajinan batu gading Udin’s Gallery ini bervariasi, mulai dari Rp 30.000-Rp 9 juta. Udin mengatakan bahwa dia menetapkan harga berdasar ukuran dan kesulitan pengerjaan.

Di saung miliknya yang berada di kampung Nunggul, Udin bersama tujuh karyawannya melakukan proses pembuatan kerajinan batu gading. Biasanya mereka mampu membuat 50-100 unit kerajinan setiap bulannya. Produk Udin’s Gallery ini biasa banyak dipesan oleh perusahaan-perusahaan, bank mandiri, pejabat-pejabat, pelajar-mahasiswa yang biasanya membeli untuk souvenir. Di saung yang memberikan kesan etnik dan khas sunda ini, banyak karya-karya Udin terpajang dengan rapi. Baginya saung ini merupakan workshop sekaligus showroom Udin’s Gallery.

Kerajinan batu gading buatan Udin memiliki kelebihan yaitu pada sisi naturalnya dan salah satu brandnya yaitu bentuk telur yang terukir kaligrafi. “Saya sejak dulu lebih banyak kearah yang Islamic Art, karena kan saya guru, lalu saya berpikir bagaimana caranya produk saya ini bisa jadi bisnis dan pendidikan, makanya saya buat telur berukirkan kaligrafi,” ujar ayah dari satu anak ini.

Penjualan setiap bulan tergantung pesanan yang diterima. Namun, rata-rata Udin menjual 50 unit kerajinan per bulan dengan omzetnya Rp 5 juta - Rp 20 juta sebulan dengan margin sekitar 40%. Untuk kedepannya, Udin berharap bisa mengadakan pameran tunggal karya-karya Udin’s Gallery dan memiliki outlet yang berada di kota-kota seperti Jakarta dan Bogor, dimana ia bisa memasarkan produknya.

Untuk bahan baku sendiri, Udin memperoleh sebagian besar dari lahan miliknya sendiri atau dari tetangga dengan harga Rp 20.000- Rp 100.000 tergantung ukuran batunya. Dan menurutnya, untuk jenis batu cadas yang bagus adalah yang berasal dari bongkahan gunung.

Dalam menentukan akan jadi apa batu-batu cadas yang telah ia pilih biasanya muncul begitu saja saat ia melihat bentuk batunya, ketika itu juga otak dan tangannya bekerja mengukir batu cadas menjadi sebuah karya seni yang indah dan bernilai jual tinggi. Dan Udin merasa bersyukur karena batu cadas yang berada di wilayahnya tidak mudah hancur dan mudah dibentuk.

Proses pembuatan kerajinan batu gading melalui banyak proses dimulai dari pemilihan batu yang akan digunakan secara selektif, apakah retak ataukah masih harus dibelah lalu barulah menentukan desain. Untuk membuat kaligrafi berbentuk bulat, batu dibentuk bulat menggunakan kampak. Setelah itu batu dihaluskan dan dikerik dengan pisau. Lalu, dipahat sesuai desain memakai tatah ukir. Selanjutnya diamplas dengan amplas besi.

Setelah dikeringkan selama satu hari, batu dibersihkan dari debu, dan bagian yang perlu pewarnaan diwarnai dengan cat air. Setelah kering, batu digoreng di dalam wajan berisi lemak hewan dengan tujuan menghilangkan kadar air, menutup pori-pori dan menambah karakter motif yang dipahat. Selain itu bisa juga dipilox dengan warna transparan untuk mengkilapkan dan sebagai anti gores.

Sebagai seniman, Udin tak bisa berdiam diri melihat sisa potongan batu cadas yang ada, maka dari itu ketika ia melihat langsung sisa potongan atau yang kecil-kecil itu pun dapat menjadi sebuah karya yang menghasilkan uang, “Saya maunya sekecil apapun batu cadas ini tidak ada yang terbuang, semua bisa jadi uang,” tuturnya seraya memperlihatkan contoh produk hiasan untuk horden yang ia buat.

Udin mengatakan bahwa dalam berbisnis haruslah penuh kesabaran dan berproses maksudnya menikmati proses yang ada bukan menikmati hasil. Untuk kendala saat ini, ialah masih terbatas pada sumber daya manusia yang berbakat, sehingga, ia perlu memberikan pelatihan terlebih dahulu sebelum bisa memahat di atas batu cadas.

“Saya pernah bilang kepada mereka yang berbakat, tidak punya ijazah, bukanlah penghalang untuk bisa berkarya dan bagi saya sukses saya adalah sukses bersama,” ujar seniman yang juga seorang pengajar disebuah sekolah ini. Untuk saat ini, Udin ingin konsentrasi berkarya di kampung halamannya dulu, karena ia melihat masih banyak batu-batu cadas yang bentuknya semakin unik untuk bisa dimanfaatkan.

0 komentar:



Posting Komentar